Andaikan tinta ini tidak tertoreh
Dengan kata-kata yang bijak
Sungguhlah sapaan kalian abaikan
Bersebab bukan karena shaleh
Takzim dan hormat engkau peroleh.
Kepada yang terhormat
Anggaplah kami si anak bajang
Yang nihil akan didikan
Bahkan tak dididik oleh kurikulum
Dengan mutu baik seformal pendidikan
Maka inilah pinta, terwakili dari beberapa suara.
Kepada yang terhormat
Anggaplah kami si anak haram
Kumpulan si bajang sisa perang kalian
Sisa figuran dari sandiwara yang kelam
Yang nista; jauh dari pemulihan, rekonsiliasi dan pemberdayaan
Setelah jabatan dan kekayaan kalian dapatkan.
Kepada yang terhormat
Andai saja telunjuk ini putus
Barang tentu tulisan ini takkan tembus;
Di atas meja mewahmu
Melalui sekumpulan Merpati congkahmu
Dendayang dan budak-budak pengawal itu.
Kepada yang terhormat
Kini, jadilah terangkum secarik Surat
Mewakili mulut-mulut gagu
Terwakil-lah suara-suara bisu
Dan tangisan-tangisan sedu
Di pedalaman Nanggroemu yang makmur
Di pengasingan Hutanmu yang subur.
Kepada yang terhormat
Bacalah Surat usang kami, itu untukmu
Tertoreh dengan tinta dan darah ayah kami
Yang mati di ujung bedil dan peluru
Bacalah Surat kami, yang terbungkus dengan kain kafan
Bukalah, didalamnya ada pesan dari mereka yang sudah
menghadap tuhan.
Kepada yang terhormat
Kini kami hanya mampu mengukur
Melihat tingkah-tingkah kalian yang kufur
Jauh dari sumpah kalian dulu di Medan tempur
Dengan titah kedaulatan dan harga diri
dan kemaslahatan Nanggroe ini.
Yogyakarta, Januari 2020
Posting Komentar